Sayup-sayup aku pernah
mendengar kisah hijrahnya, namun tak pernah kudengar langsung ia menuturkannya
kepadaku. Menurut dari cerita yang pernah kudengar, perjalanan ruhiyah begitu luar
biasa. Dia lah Seorang akhwat berparas ayu bersuara lembut yang tinggal tepat
di depan kamarku.
Kukumpulkan semua
barang-barang yang menurutku akan kubutuhkan untuk mengerjakan bab IV ku malam
ini. Malam ini aku berniat hijrah ke Aula utama yang tepat berada di bawah
kamarku. Beberapa hari ini kulihat seorang akhwat menyendiri di Aula
menyelesaikan tugas kantornya. Mengerjakan tugas di kamar, tepatnya di atas
tempat tidur tampaknya bukanlah pilihan yang tepat. berkali-kali aku mencoba
bertahan, namun aku hanya bertahan paling lama dua jam saja, bab IV ku pun tak
kelar-kelar. Maka malam ini Tekadku pun bulat, aku akan mengikuti jejak sang akhwat,
hijrah ke aula. Kulihat isi tasku, sumuanya sudah lengkap. Namun,rasanya ada
yang kurang. Secangkir kopi panas pun menjadi pilihanku untuk menemani hijrahku
malam ini. Sembari memanaskan air, pandanganku tertuju pada seorang akhwat yang
sedang duduk di kamar depan kamarku. Kulihat ia duduk menyendiri. Seorang
akhwat yang membuatku penasaran dengan kisah hijrahnya menjemput hidayah-Nya.
Tak terasa aku telah berada di depan kamarnya.
Percakapan kuawali
dengan menebak usianya. Kupikir usianya jauh lebih muda dari usiaku. Ternyata
prediksiku salah. Usianya sama dengan usiaku. Obrolan kami berlanjut, dimulai
dari bagaimana perjalananku menjemput hidayah hingga akhirnya ia punbercerita
tanpa henti langkah demi langkahnya menjemput hidayah. Aku berdecak kagum dalam
hatiku berbisik “wanita penghuni surga”.
Dulu, jauh sebelum
hidayah menyapanya kehidupan dunia begitu melenakannya. Dia tak mengerti
mengapa dia harus solat, maka dengan santainya ia meninggalkan sholat. Tapi
suatu ketika, Allah memberikan hidayah kepadanya disetiap sepuluh malam
terakhir Ramadhan. Setelah Ramadhan, dia mulai rajin solat. Ramadhan berikutnya,
dia putuskan untuk berjilbab dan melepaskan gemerlap dunia. Ramadhan
berikutnya, Allah memberikannya karunia berupa rasa ingin dekat dengan Allah.
Diapun membaca terjemahan Alquran hingga khatam. Setiap kali membaca dia
menangis, dia merasa dirinya terlalu hina. Kajian-kajian pun mulai diikutinya,
mulai dari me-like fanspage keagamaan hingga bergabung dalam
komunitas-komunitas keislaman. Petualangannya dengan alquran dimulai dengan
menghapal surat al-mulk. Tiap kali membaca surat al-mulk dia merasakan ketenangan.
Hingga Allah mengantarkannya menjadi santri tahfidz.
Ketika kutanyakan apakah dia akan pulang lebaran tahun ini? Dia tersenyum,
menggelengkan kepalanya sebagai tanda ia memilih untuk tidak pulang. Awalnya aku
berfikir masalah dana adalah alasan yang membuatnya mengambil keputusan untuk
tidak pulang. Tapi ternyata aku salah. Dia bertekad tidak akan pulang sebelum menyelesaikan
hapalannya. Aku jadi semakin penasaran ingin mengetahui cara berfikirnya.
Sebuah pertanyaan pun kembali kulayangkan kepadanya. apakah dia tidak berfikir
untuk bekerja? Dia kembali tersenyum dan menunjukkan kepasrahannnya kepada
Allah. Dengan lembut ia bertutur “belum
tau teh..yang saya inginkan sekarang hanyalah menjadi kekasih Allah. Ga ada
yang lain, kalaupun nanti saya akan mencari pekerjaan saya ga akan pake ijazah
S1 saya karena itu bukan hasil jerih payah saya” aku semakin berdecak kagum.
Pertanyaanku pun semakin menjurus, aku sampai pada satu pertanyaan yang
sensitif untuk wanita seusianya. “tidakkah
kau berfikir untuk menikah?” Berlahan satu persatu kata-kata itu keluar
dari mulutku. Pertanyaanku dijawabnya
dengan tenang nan elegan “kalo lihat
orang menikah, ada keinginan untuk menikah juga. Tapi itu bukan lagi menjadi tujuan
utama saya teh... Sekarang saya hanya ingin jadi kekasih Allah. Itu aja teh.. ga
minta yang lain.” Aku kembali tertegun. Kupandangi wajahnya sembari melepas
senyum termanisku kepadanya. Dalam hati aku berkata “aku cemburu padamu wahai saudariku, sungguh wanita penghuni surga.
Dunia tak mampu lagi merayumu. Hanya Allah yang ada dibenakmu. Semoga Allah
selalu menjagamu.” Akupun pamit meninggalkan kamarnya.
Kulirik jam berbentuk
hati yang berada di atas lemari pinkku. Sudah saatnya aku beristirahat. Niat
hijrahku malam ini gagal, bab IV ku
kembali lepas dari sentuhanku. Namun, Allah mengantarkanku pada seorang calon
penghuni surga. Melalui lisannya kudapatkan sebuah pelajaran yang sangat
berharga. Tak semua orang mau mengejar hidayah ketika ia mulai merasakan
sejuknya angin hidayah. Tak semua orang pula yang mampu menjaga hidayah yang
telah diraihnya. Selamat menjemput hidayah... J
haru......
BalasHapusnangiss bacanya.... :'(
padahal lagi dikantor....
untung diruangan, hanya seorang diri.. :(