Jumat, 26 April 2013

Ahli bait yang sangat dicintai oleh Rasulullah


Ia ibarat sekuntum bunga yang sangat indah dan langka. Ibunya adalah Zainab binti Rasulullah saw, putri sulung rasulullah. Ayahnya adalah Adul ‘Ash bin Ar-Rabi’, adalah salah seoang tokoh terkemuka Quraisy yang sangat diperhitungkan, baik karena kekayaannya, amanahnya maupun kesuksessannya dalam berdagang. Pernikahan kedua orangtuanya terjadi sebelum Rasulullah   menerima wahyu. Setelah rasulullah menerima wahyu, ibunya ikut memeluk islam namun ayahnya tetap bertahan dengan keyakinannya sebagai orang musyrik.  
Selama di Makkah rasulullah tidak menghalalkan atau mengharamkan sesuatu. Sehingga ayah dan ibunya tetap tinggal bersama. Walaupun ayahnya belum memeluk islam, namun ayahnya sangat menghormati Rasulullah. Ini terlihat ketika para pemuka Quraisy memintanya untuk menceraikan Ibunya, dengan mantap hati ayahnya berkata “Tidak. Demi Allah aku tidak akan menceraikannya, dan aku tidak akan menikah dengan wanita Quraisy mana pun untuk menggantikannya”. Rasulullah sangat menuji sikap ayahnya ini yang begitu menghormati hubungan kekeluargaan.
Sebuah Kisah mengharu biru terjadi ketika peristiwa perang Badar. Saat itu ayahnya bergabung bersama pasukan Quraisy untuk menyerang Rasulullah dan pengikutnya. Jauh dilubuk hati ayahnya, ada perasaan ada perasaan yang bercampur aduk dan pikiran yang berkecambuk. Bagaimana mungkin ia akan menyerang Rasulullah, yang tak lain adalah ayah dari istrinya. Laki-laki yang selama ini sangat menyanyangi mereka.  Takdir Allah menggariskan kaum kafir kalah dalam peperangan, banyak pembesar Quraisy yang tewas. Sedangkan ayahnya selamat dan menjadi tawanan. Ketika ibunya mengetahui bahwa ayahnya menjadi salah satu tawanan, ibunya pun merelakan kalung kesayangan ibunya untuk dijadikan tebusan bagi ayahnya. Kalung itu adalah kalung pemberian neneknya, dihari pertama pernikahan ibunya. ‘Amr bin Ar-Rabi’ (saudara kandung ayahnya) membawa harta tebusan itu kehadapan rasulullah di Madina. Ketika melihat kalung itu, Rasulullah tak kuasa menahan kesedihannya, Ia tahu betul bagaimana sejarah kalung tersebut. Rasulullah meminta kepada para sahabat agar tawanan itu dilepaskan dan kalung itu dikembalikan, para sahabat menyetujui.
Setelah ayahnya dibebaskan, ayahnya pun menepati janjinya kepada Rasulullah yaitu merelakan ia dan ibunya untuk hijrah ke Madinah. Ia dan ibunya diantar oleh Kinanah bin Ar-Rabi’  (saudara kandung ayahnya) pada malam hari kemudian  bertemu dengan Zaid bin Haritsah bersama temannya di daerah Ya’jij. Selanjutnya Zaid bin Haritsah dan temannya yang membawa ia dan ibunya berkumpul kembali dengan Rasulullah di Madinah.
Hari demi hari ia hidup bersama rasulullah. Sebagai cucu pertama Rasulullah, ia mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang berlimpah dari Rasulullah. Pernah suatu ketika Rasulullah membawanya ke masjid dan tetap menggendongnya saat Rasulullah mengerjakan sholat dan mengimami kaum muslimin. Pernah juga ketika Rasulullah menerima hadiah berupa kalung indah yang dilapisi emas, saat itu semua istri rasulullah sedang berkumpul. Rasulullah berkata “demi Allah, aku akan melingkarkan kalung ini di leher anggota keluargaku yang paling aku cintai”. Rasulullah kemudian mengalungkannya di leher cucunya, putri dari Zainab ini.
Ia menjalani hari-harinya bersama Rasulullah, belajar banyak hal dari Rasulullah. Rasulullah pun mengasuhnya dengan penuh kecintaan  sampai akhirnya Allah memberikan hidayah kepada Ayahnya, Beberapa saat sebelum perisiwa pembebasan kota Makkah. Kini ia memiliki keluarga yang utuh, hidup bersama ayah dan ibunya. Namun, roda selalu berputar. Tak ada kondisi yang tak berubah. Pada permulaan tahun 8 hijriyah, ibunya meninggal dunia.  Setelah ibunya meninggal ia diasuh oleh bibinya, Fatimah az-Zahra. Pada tahun 11 hijriyah rasulullah, kakek yang sangat mencintainya pun meninggal dunia. Enam bulan setelah Rasulullah wafat, Bibinya pun meninggal dunia. Akhirnya, pada tahun 12 Hijriyah ayahnya pun meninggal dunia. Sebelum meninggal, ayahnya memberi wasiat kepada Zubair bin al-‘awwam untuk menjadi pengasuh sekaligus wali bagi putrinya. Sepeninggal ayahnya, ia dididik oleh  Zubair bin al-‘awwam  beserta istrinya, Asma’ binti Abu Bakar.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab ra, ia dipersunting oleh Ali bin Abu Thalib. Hingga Ali bin Abu Thalib diangkat menjadi khalifah. Fitnah dan kerusuhan datang silh berganti di masa pemerintahan Ali, hingga akhirnya Ali di bunuh. Sepeninggal Ali, ia dipersuting oleh Mughirah bin Naufal bin Al-Harits bin Abdul Muthalib al – Hasyimi. Dari pernikahan ini ia dikaruniai seorang putra bernama Yahya bin Mughirah. Namun tidak lama hidup bersisian dengan Al-Mughirah, ia meninggal di masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan ra.

Selesai deh ceritanya... hayo... siapa sahabiyah yang diceritakan ini? Dialah Ummah binti Abul ‘ash ra. Ahli bait yang paling dicintai oleh rasulullah... 

2 komentar:

jangan lupa tinggalkan komentarnya ya...