Ia ibarat sekuntum bunga yang sangat indah dan langka. Ibunya adalah Zainab binti Rasulullah saw,
putri sulung rasulullah. Ayahnya adalah Adul ‘Ash bin Ar-Rabi’, adalah salah
seoang tokoh terkemuka Quraisy yang sangat diperhitungkan, baik karena
kekayaannya, amanahnya maupun kesuksessannya dalam berdagang. Pernikahan kedua
orangtuanya terjadi sebelum Rasulullah menerima wahyu. Setelah rasulullah menerima
wahyu, ibunya ikut memeluk islam namun ayahnya tetap bertahan dengan
keyakinannya sebagai orang musyrik.
Selama di Makkah rasulullah tidak menghalalkan atau
mengharamkan sesuatu. Sehingga ayah dan ibunya tetap tinggal bersama. Walaupun
ayahnya belum memeluk islam, namun ayahnya sangat menghormati Rasulullah. Ini
terlihat ketika para pemuka Quraisy memintanya untuk menceraikan Ibunya, dengan
mantap hati ayahnya berkata “Tidak. Demi Allah aku tidak akan menceraikannya,
dan aku tidak akan menikah dengan wanita Quraisy mana pun untuk menggantikannya”.
Rasulullah sangat menuji sikap ayahnya ini yang begitu menghormati hubungan
kekeluargaan.
Sebuah Kisah mengharu biru terjadi ketika peristiwa perang
Badar. Saat itu ayahnya bergabung bersama pasukan Quraisy untuk menyerang
Rasulullah dan pengikutnya. Jauh dilubuk hati ayahnya, ada perasaan ada
perasaan yang bercampur aduk dan pikiran yang berkecambuk. Bagaimana mungkin ia
akan menyerang Rasulullah, yang tak lain adalah ayah dari istrinya. Laki-laki
yang selama ini sangat menyanyangi mereka.
Takdir Allah menggariskan kaum kafir kalah dalam peperangan, banyak
pembesar Quraisy yang tewas. Sedangkan ayahnya selamat dan menjadi tawanan. Ketika
ibunya mengetahui bahwa ayahnya menjadi salah satu tawanan, ibunya pun
merelakan kalung kesayangan ibunya untuk dijadikan tebusan bagi ayahnya. Kalung
itu adalah kalung pemberian neneknya, dihari pertama pernikahan ibunya. ‘Amr
bin Ar-Rabi’ (saudara kandung ayahnya) membawa harta tebusan itu kehadapan
rasulullah di Madina. Ketika melihat kalung itu, Rasulullah tak kuasa menahan
kesedihannya, Ia tahu betul bagaimana sejarah kalung tersebut. Rasulullah
meminta kepada para sahabat agar tawanan itu dilepaskan dan kalung itu
dikembalikan, para sahabat menyetujui.
Setelah ayahnya dibebaskan, ayahnya pun menepati janjinya
kepada Rasulullah yaitu merelakan ia dan ibunya untuk hijrah ke Madinah. Ia dan
ibunya diantar oleh Kinanah bin Ar-Rabi’ (saudara kandung ayahnya) pada malam hari
kemudian bertemu dengan Zaid bin
Haritsah bersama temannya di daerah Ya’jij. Selanjutnya Zaid bin Haritsah dan temannya
yang membawa ia dan ibunya berkumpul kembali dengan Rasulullah di Madinah.
Hari demi hari ia hidup bersama rasulullah. Sebagai cucu
pertama Rasulullah, ia mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang berlimpah dari
Rasulullah. Pernah suatu ketika Rasulullah membawanya ke masjid dan tetap menggendongnya
saat Rasulullah mengerjakan sholat dan mengimami kaum muslimin. Pernah juga
ketika Rasulullah menerima hadiah berupa kalung indah yang dilapisi emas, saat
itu semua istri rasulullah sedang berkumpul. Rasulullah berkata “demi Allah, aku
akan melingkarkan kalung ini di leher anggota keluargaku yang paling aku cintai”.
Rasulullah kemudian mengalungkannya di leher cucunya, putri dari Zainab ini.
Ia menjalani hari-harinya bersama Rasulullah, belajar banyak
hal dari Rasulullah. Rasulullah pun mengasuhnya dengan penuh kecintaan sampai akhirnya Allah memberikan hidayah
kepada Ayahnya, Beberapa saat sebelum perisiwa pembebasan kota Makkah. Kini ia
memiliki keluarga yang utuh, hidup bersama ayah dan ibunya. Namun, roda selalu
berputar. Tak ada kondisi yang tak berubah. Pada permulaan tahun 8 hijriyah,
ibunya meninggal dunia. Setelah ibunya
meninggal ia diasuh oleh bibinya, Fatimah az-Zahra. Pada tahun 11 hijriyah
rasulullah, kakek yang sangat mencintainya pun meninggal dunia. Enam bulan
setelah Rasulullah wafat, Bibinya pun meninggal dunia. Akhirnya, pada tahun 12
Hijriyah ayahnya pun meninggal dunia. Sebelum meninggal, ayahnya memberi wasiat
kepada Zubair bin al-‘awwam untuk menjadi pengasuh sekaligus wali bagi
putrinya. Sepeninggal ayahnya, ia dididik oleh Zubair bin al-‘awwam beserta istrinya, Asma’ binti Abu Bakar.
Pada masa pemerintahan Umar bin Khatab ra, ia dipersunting
oleh Ali bin Abu Thalib. Hingga Ali bin Abu Thalib diangkat menjadi khalifah. Fitnah
dan kerusuhan datang silh berganti di masa pemerintahan Ali, hingga akhirnya
Ali di bunuh. Sepeninggal Ali, ia dipersuting oleh Mughirah bin Naufal bin
Al-Harits bin Abdul Muthalib al – Hasyimi. Dari pernikahan ini ia dikaruniai
seorang putra bernama Yahya bin Mughirah. Namun tidak lama hidup bersisian
dengan Al-Mughirah, ia meninggal di masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abi Sufyan
ra.
Selesai deh ceritanya... hayo... siapa sahabiyah yang
diceritakan ini? Dialah Ummah binti Abul ‘ash ra. Ahli bait yang paling
dicintai oleh rasulullah...
Wew mantap ceritanya...
BalasHapusSekedar blog walking...
(y)
Hapusmakasih kunjungannya... :)