Tatapan
itu masih lekat dalam ingatanku
Sepasang
bola mata yang mengiringi ke pergianku
Matanya
berkaca-kaca…
Untuk
pertama kalinya, ya pertama kalinya
Dan
suatu saat nanti,
akan kah kita kembaki bertemu?
Berbagi
kabar gembira kepadamu.
Sobat… izinkan saya berkisah…
Ini bukan pertama kalinya saya berada di sini.
Tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. Di tengah kesendirian menanti
keberangkatan kembali ke kampung halaman, seorang ibu paru baya menghampiri
saya. Awalnya ia sibuk dengan jualannya. Sebuah gerobak dorong yang berisi
lontong dan beberapa jenis gorengan setia menemaninya. Kutatap wajah yang kini
tepat berada di hadapanku. Seutas senyum kuberikan kepadanya dan ia pun
membalas senyumku lalu duduk di sisiku. Tanpa kusadari kata demi kata mengalir
dengan tenangnya. Kami seperti dua orang yang telah lama tak bertemu, lalu
bercerita dengan penuh kehangatan.
Dari percakapan itu, ada pelajaran berharga
yang saya dapatkan. “Hidup adalah perjuangan, jangan pernah menyerah
dengan keadaan. Wanita itu kuat”. Selama percakapan dengan beliau
sering kali saya berucap “subhanallah”. Inilah sepenggal cerita hidupnya yang
membuatku terpesona…
23 tahun yang lalu suami tercinta nya meninggal
dunia. Ia memiliki 4 orang anak yang masih kecil-kecil, anak sulungnya baru
berusia 9 tahunan sedangkan anak bungsunya belum genap 1 tahun. Tapi ia lantas
tak menyerah dengan keadaannya, demi malaikat-malaikat kecilnya ia kembali
bangkit. Menata ulang kehidupannya. Bermodalkan sebuah gerobak dorong, ia
berjualan. Tak hanya itu, ia pun membuat kue-kue lalu menitipkan ke toko-toko
dan juga berjualan di pasar. Anak-anaknya pun tak enggan untuk membantunya. Dengan
jerih payah nya, anak-anaknya dapat merasakan belajar sampai perguruan tinggi.
Tak hanya perguruan tinggi negeri, tapi juga perguruan tinggi swasta. Sobat
bisa bayangkan berapa biaya pendidikan diperguruan tinggi swasta? Jauh lebih
tinggi di banding dengan perguruan tinggi negeri.
Aku pun berguman dalam hati “Seorang wanita
dengan semangat dan kerja keras saja mampu menyekolahkan ke 4 orang anaknya mampu
sampai bangku perguruan tinggi”. Pandanganku pun melayang pada potret sebuah
keluarga yang harusnya dapat melakukan hal yang lebih dari itu, tapi malah
berkata kepada anaknya “Nak, cukup sekolah sampai SMA saja, bapak tak mampu
menguliahkanmu”. Sungguh menyedihkan :’(
Akhirnya, sebuah pertanyaan ku lontarkan kepada
ibu itu “Lantas apa yang ibu rasakan sekarang?”. Dengan mata berkaca-kaca ia
pun menjawab “Semua capek dan perjuangan yang ibu rasakan selama ini, tidak
lagi terasa ketika melihat anak-anak sudah bekerja”.
Wahai sobatku yang kini telah melangkah meraih
cita-cita. Sobatku yang kini tengah duduk di perguruan tinggi, teruslah
berjuang. Fokuslah, jangan kau sia-siakan setiap tetes keringat yang mengalir
dari ayah dan bunda mu. Mereka rela bekerja banting tulang demi kesuksesanmu.
Maka berjanjilah untuk menghapus tetes keringat yang mengalir selama ini dengan
kesuksesanmu.
kunjungan gan .,.
BalasHapusbagi" motivasi
Saat kamu menemui batu sandungan janganlah kamu ptus asa,
karena semua itu pasti akan ada solusinya.,.
si tunggu kunjungan baliknya gan.,