Kita tidak pernah tahu bagaimana skenario Allah mengatur hidup kita. Terkadang apa yang Allah berikan kepada kita benar-benar di luar prediksi kita. Apa yang Allah berikan bagai kejutan-kejutan yang tak terduga. Semua yang Allah beri itu baik.. :)
Desember 2012... entah mengapa tak ada angin tak ada hujan, ba’da
magrib itu saya sangat ingin pergi mabit ke masjid Daarut Tauhiid untuk pertama
kalinya. Ditemani oleh dua orang saudari kamipun berangkat dari kos. Kami berjalan
agak tergesa-gesa karena mengejar ingin sholat isya di sana. Ternyata memang
sedang ada acara di masjid, banyak jamaah melebihi hari biasanya. Besok akan diadakan acara wisuda tahfidz angkatan yang pertama, tentu saya tak ingin melewatkan acara tersebut.Pagi itu ada enam orang sanrti tahfidz yang diwisuda. Selama acara berlangsung saya selalu berdecak kagum. hatipun berbisik lembut "ya Allah saya juga ingin seperti itu".
Waktu terus berjalan, suatu ketika saya mendengar dari teman kalo ada Daarut Tauhiid membuka pendaftaran untuk program tahfidz. Tanpa berfikir dua kali saya pun menyegerakan diri untuk mendaftar. Tesnya baca Al-quran surat Maryam ayat 1-6 dan menghapal Surat At-Taubah ayat 123-129. Alhasil saya ga lancar membaca surat tersebut dan menghapalpun hanya dapat setengahnya itupun dengan terbata-bata. Esoknya pengumuman kelulusan dan ternyata saya ga lulus. Ada rasa sedih di hati namun saya sadar diri juga dengan kemampuan diri. Ya.. ada baiknya ikut program perbaiki bacaan dulu baru nanti menghapal. Dengan langkah gontai saya pun kembali ke kos dan berusaha tetap tersenyum menjawab pertanyaan teman-teman. Sore harinya saya mendapat sms dari panitia penyelenggara, katanya ada beberapa orang yang mengundurkan diri, silahkan memanfaatkan kesempatan ini. Masyaallah.. pengen nangis rasanya.. menangis haru atas skenario Allah. Dengan agak tergersa saya pun kembali ke masjid untuk mendapatkan penjelasan lansung.
September 2013, saya mulai memakai syal biru, sebagai tanda santri tahfidz DT. ketika teman-teman yang lain menyetorkan hapalannya samapi dua halaman, saya begitu tertatih-tatih untuk menyetor setengah halaman, ya hanya setengah halaman. Saya pun mendapat perlakukan khusus dari ustadzah pembimbing. Hapalan yang akan saya setor ke ustadzah harus dibacakan dulu oleh teman yang sudah baik bacaannya. Merasa belum cukup.. akhirnya ustadzah menambahkan lagi program untuk saya. Saya harus tilawah tiga halaman dan tilawah saya itu disimak oleh teman yang sudah baik bacaannya. Awalnya untuk menyelesaikan satu ayat saya butuh waktu yang cukup lama. sampai sepuluh kali pengulangan baru akhirnya bancaannya benar. Pernah suatu ketika saya mengeluh kepada ustadzah "rasanya saya hampir putus asa menghapal ini, ga hapal-hapal" ustadzah bilang "Allah ga suka orang yang berputus asa". saya pun terdiam.
21 Desember 2013, wisuda tahfidz angkatan kedua. Saya kembali berada di sini. Namun kali ini tak lagi duduk sebagai jamaah yang menyaksikan rangkaian acara, tapi sebagai santri. Acara semakin mengharu biru ketika aa'Gym memeluk putrinya yang telah menyelesaikan hapalan 30 juz. Suasana menjadi hening. Tangis haru.. saya pun teringat ayah. Menyaksikannya seolah ayah sedang memeluk saya. Akankah saya mampu memberikan hadiah 30 juz untuk kedua orang tuaku? Bismillah..
hiksss.............. :'(
BalasHapuskakaaa.....gimana caranya untuk menjadi santri tahfidz DT itu kak...????
an ingin,,, ingiiiiin juga bisa menjadi salah satu diantara santri tahfidz ituu......... :(